Yayasan Pendidikan 17 Agustus 1945 Samarinda
dan
Sivitas Akademika Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1445 H
Bukan kambing atau sapi yang menjadi esensi kurban tetapi kerendahan hati dan keikhlasan , itulah makna kurban yang sebenarnya.
Asal-Usul Idul Adha (Hari Raya Kurban)
Dahulu kala saat nabi Ibrahim AS sedang berkurban 100 ekor unta, 300 ekor sapi, dan 100 ekor domba, ia berkata bahwa jumlah tersebut tidak ada apa-apa, dan jika ia punya anak kelak akan ia sembelih karena Allah. Pada saat ia berkata seperti itu, sebenarnya Sarah yang merupakan istri nabi Ibrahim belumlah mengandung. Karena tidak kunjung mengandung, Sarah menyarankan agar nabi Ibrahim menikahi seorang budaknya yang diperoleh dari Mesir, yaitu Hajar. Setelah menikahi Hajar, nabi Ibrahim berdoa pada Allah di daerah Baitul Maqdis, agar ia dipercayakan dengan seorang anak. Saat anak itu lahir, nabi Ibrahim memberikannya nama Ismail yang berarti “Allah telah mendengar.”
Beberapa saat setelah Ismail lahir, Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim untuk membawa Hajar, Sarah, dan Ismail kecil untuk pergi ke daerah Canaan. Saat bersiap untuk perjalaan kembali ke Canaan, Hajar bertanya apakah Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim untuk meninggalkan mereka. Takut akan merasa sedih dan nantinya melanggar apa yang diperintahkan Allah SWT, nabi Ibrahim tidak menoleh dan hanya mengangguk kecil yang dibalas dengan keikhlasan Hajar untuk ditinggal. Meskipun nabi Ibrahim meninggalkan banyak makanan dan minuman untuk Ismail dan Hajar, persediaan makanan itu habis dengan waktu singkat, dan setelah beberapa hari mereka berdua mulai merasa lapar dan dehidrasi.
Salah satu titik awal sejarah hari raya Idul Adha (hari raya kurban) adalah saat Hajar berlari menuju gunung Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali demi mencari setetes air. Begitu ia mulai kelelahan, ia akhirnya terkapar di samping Ismail kecil dan memohon bantuan pada Allah SWT. Ada dua versi tentang munculnya mata air setelah Hajar memohon bantuan pada Allah dimana yang pertama mengatakan ada mata air yang tiba-tiba muncul dari bawah kaki Ismail kecil, sementara yang satu lagi mengatakan bahwa malaikat Jibril memukul bumi dan menyebabkan mata air yang terus mengalir. Nantinya, sumber mata air ini diberi nama sumur Zamzam.
Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim untuk kembali pulang dari Canaan, untuk membangun tempat ibadah tepat di samping sumur Zamzam. Tempat ibadah yang dibangun oleh nabi Ibrahim dan Ismail ini adalah Kakbah, dan nantinya menjadi tempat orang-orang yang ingin mempererat hubungannya dengan Allah SWT.
Bagian kedua dari sejarah hari raya Idul Adha (hari raya kurban) adalah pada saat Ibrahim ditagih janjinya untuk mengurbankan anaknya sendiri oleh Allah SWT. Pada masa ini, Ismail sudah diangkat menjadi nabi dan berumur sekitar 13 tahun. Penagihan janji oleh Allah SWT dilakukan berkala melalui mimpi. Begitu nabi Ibrahim sadar, ia segera berbincang dengan nabi Ismail untuk membawa nabi Ismail ke tempat yang ditentukan untuk upacara kurban tersebut.
Begitu tiba di tempat, iblis mulai menggoda nabi Ismail dengan hal-hal seperti nabi Ibrahim hanya membawanya untuk dibunuh. Mengingat nabi Ismail sudah diangkat menjadi nabi, ia tidak gentar dan berkata ia siap jika itu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Iblis tidak habis akal dan terus mencoba, namun tiba-tiba nabi Ismail mengambil beberapa kerikil di tanah dan melemparkannya ke arah iblis. Prosesi ini yang kemudian dikenal sebagai prosesi lempar jumrah.
Di luar dugaan, nabi Ismail benar-benar siap untuk disembelih oleh ayahnya mengingat hal tersebut adalah perintah dari Allah SWT. Ia bahkan meminta ayahnya untuk menutup wajahnya agar nabi Ibrahim tidak merasa iba ataupun ragu untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT. Ia juga meminta nabi Ibrahim untuk menajamkan pedangnya dan memberikan beberapa wasiat jika ia telah meninggal nanti. Karena mendengar permintaan dan perkataan nabi Ismail inilah, nabi Ibrahim mengatakan bahwa nabi Ismail adalah kawan terbaik dalam melaksanakan perintah dari Allah SWT. Begitu nabi Ibrahim mulai menggoreskan pedangnya, pedang tersebut selalu terpental. Ismail lalu berkata bahwa ia ingin tali pengikat yang ada di tangan dan kakinya dilepas sehingga para malaikat yang menyaksikan tahu bahwa ia taat pada Allah SWT. Peristiwa yang terjadi berikutnya adalah peristiwa tradisional yang menjadi sejarah hari raya Idul Adha (hari raya kurban), dimana nabi Ismail ditukar dengan seorang domba oleh Allah SWT.
Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa Malaikat Jibril-lah yang membawa domba dan menukarnya dengan nabi Ismail. Pada saat itu, dituliskan bahwa semesta dan seluruh isinya mengucap takbir demi mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran nabi Ismail dan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah yang berat. Sungguh berat hingga bahkan pedang yang digunakan nabi Ibrahim bingung harus berbuat apa karena di satu sisi nabi Ibrahim ingin menyembelih nabi Ismail demi menuruti perintah Allah SWT, sementara Allah SWT memerintahkan agar pedang tersebut tidak menyembelihnya. Perayaan hari raya Idul Adha (hari raya kurban) diharapkan dapat dimaknai oleh setiap umat Muslim di dunia sebagai sebagai penanda bahwa Allah SWT akan selalu memberikan jalan keluar dari cobaan yang Ia berikan pada umatNya.
(http://www.portalsejarah.com/mengulas-sejarah-hari-raya-idul-adha-hari-raya-kurban.html)