UNTAG | Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Rubrik : Berita Terkini
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 H
2016-09-12 04:59:03 - by : Jumani

Rektor dan Sivitas Akademika Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Yayasan Pendidikan 17 Agustus 1945 Samarinda


Mengucapkan


SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 H


Bukan kambing atau sapi yang menjadi esensi kurban tetapi kerendahan hati dan keikhlasan , itulah makna kurban yang sebenarnya.




Asal-Usul Idul Adha (Hari Raya Kurban)
Dahulu kala saat nabi Ibrahim AS sedang berkurban 100 ekor unta, 300 ekor sapi,
dan 100 ekor domba, ia berkata bahwa jumlah tersebut tidak ada apa-apa, dan
jika ia punya anak kelak akan ia sembelih karena Allah. Pada saat ia berkata
seperti itu, sebenarnya Sarah yang merupakan istri nabi Ibrahim belumlah
mengandung. Karena tidak kunjung mengandung, Sarah menyarankan agar nabi
Ibrahim menikahi seorang budaknya yang diperoleh dari Mesir, yaitu Hajar.
Setelah menikahi Hajar, nabi Ibrahim berdoa pada Allah di daerah Baitul Maqdis,
agar ia dipercayakan dengan seorang anak. Saat anak itu lahir, nabi Ibrahim
memberikannya nama Ismail yang berarti “Allah telah mendengar.”


Beberapa saat setelah Ismail lahir, Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim
untuk membawa Hajar, Sarah, dan Ismail kecil untuk pergi ke daerah Canaan. Saat
bersiap untuk perjalaan kembali ke Canaan, Hajar bertanya apakah Allah SWT
memerintahkan nabi Ibrahim untuk meninggalkan mereka. Takut akan merasa sedih
dan nantinya melanggar apa yang diperintahkan Allah SWT, nabi Ibrahim tidak
menoleh dan hanya mengangguk kecil yang dibalas dengan keikhlasan Hajar untuk
ditinggal. Meskipun nabi Ibrahim meninggalkan banyak makanan dan minuman untuk
Ismail dan Hajar, persediaan makanan itu habis dengan waktu singkat, dan setelah
beberapa hari mereka berdua mulai merasa lapar dan dehidrasi.


Salah satu titik awal sejarah hari raya Idul Adha (hari raya kurban) adalah saat Hajar berlari menuju gunung Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali
demi mencari setetes air. Begitu ia mulai kelelahan, ia akhirnya terkapar di
samping Ismail kecil dan memohon bantuan pada Allah SWT. Ada dua versi tentang
munculnya mata air setelah Hajar memohon bantuan pada Allah dimana yang pertama
mengatakan ada mata air yang tiba-tiba muncul dari bawah kaki Ismail kecil,
sementara yang satu lagi mengatakan bahwa malaikat Jibril memukul bumi dan
menyebabkan mata air yang terus mengalir. Nantinya, sumber mata air ini diberi
nama sumur Zamzam.


Bertahun-tahun setelah kejadian tersebut, Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim
untuk kembali pulang dari Canaan, untuk membangun tempat ibadah tepat di
samping sumur Zamzam. Tempat ibadah yang dibangun oleh nabi Ibrahim dan Ismail
ini adalah Kakbah, dan nantinya menjadi tempat orang-orang yang ingin
mempererat hubungannya dengan Allah SWT.


Bagian kedua dari sejarah hari raya Idul Adha (hari raya kurban) adalah pada saat Ibrahim ditagih janjinya untuk mengurbankan anaknya sendiri
oleh Allah SWT. Pada masa ini, Ismail sudah diangkat menjadi nabi dan berumur
sekitar 13 tahun. Penagihan janji oleh Allah SWT dilakukan berkala melalui
mimpi. Begitu nabi Ibrahim sadar, ia segera berbincang dengan nabi Ismail untuk
membawa nabi Ismail ke tempat yang ditentukan untuk upacara kurban tersebut.


Begitu tiba di tempat, iblis mulai menggoda nabi Ismail dengan hal-hal
seperti nabi Ibrahim hanya membawanya untuk dibunuh. Mengingat nabi Ismail
sudah diangkat menjadi nabi, ia tidak gentar dan berkata ia siap jika itu yang
diperintahkan oleh Allah SWT. Iblis tidak habis akal dan terus mencoba, namun tiba-tiba
nabi Ismail mengambil beberapa kerikil di tanah dan melemparkannya ke arah
iblis. Prosesi ini yang kemudian dikenal sebagai prosesi lempar jumrah.


Di luar dugaan, nabi Ismail benar-benar siap untuk disembelih oleh ayahnya
mengingat hal tersebut adalah perintah dari Allah SWT. Ia bahkan meminta
ayahnya untuk menutup wajahnya agar nabi Ibrahim tidak merasa iba ataupun ragu
untuk melaksanakan perintah dari Allah SWT. Ia juga meminta nabi Ibrahim untuk
menajamkan pedangnya dan memberikan beberapa wasiat jika ia telah meninggal
nanti. Karena mendengar permintaan dan perkataan nabi Ismail inilah, nabi
Ibrahim mengatakan bahwa nabi Ismail adalah kawan terbaik dalam melaksanakan
perintah dari Allah SWT. Begitu nabi Ibrahim mulai menggoreskan pedangnya, pedang
tersebut selalu terpental. Ismail lalu berkata bahwa ia ingin tali pengikat
yang ada di tangan dan kakinya dilepas sehingga para malaikat yang menyaksikan
tahu bahwa ia taat pada Allah SWT. Peristiwa yang terjadi berikutnya adalah
peristiwa tradisional yang menjadi sejarah hari raya Idul Adha (hari raya
kurban), dimana nabi Ismail ditukar dengan seorang domba oleh Allah SWT.


Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa Malaikat Jibril-lah yang membawa
domba dan menukarnya dengan nabi Ismail. Pada saat itu, dituliskan bahwa
semesta dan seluruh isinya mengucap takbir demi mengagungkan kebesaran Allah
SWT atas kesabaran nabi Ismail dan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah yang
berat. Sungguh berat hingga bahkan pedang yang digunakan nabi Ibrahim bingung
harus berbuat apa karena di satu sisi nabi Ibrahim ingin menyembelih nabi
Ismail demi menuruti perintah Allah SWT, sementara Allah SWT memerintahkan agar
pedang tersebut tidak menyembelihnya. Perayaan hari raya Idul Adha (hari raya kurban) diharapkan dapat dimaknai oleh setiap
umat Muslim di dunia sebagai sebagai penanda bahwa Allah SWT akan selalu
memberikan jalan keluar dari cobaan yang Ia berikan pada umatNya.


 


(http://www.portalsejarah.com/mengulas-sejarah-hari-raya-idul-adha-hari-raya-kurban.html)



 


 

UNTAG | Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda :
Versi Online : /article/453/SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1437 H.html